erau pelas benua, kota bontang, erau bontang, sejarah erau, erau guntung
RIWAYAT SINGKAT ADANYA ERAU PELAS BENUA DI BONTANG (Kelurahan Guntung)
Erau berasal dari kata Eroh yang berarti ramai, riuh, penuh suka cita.
Pelas : yaitu pembersihan kampung atau suatu wilayah dari unsure-unsur negatif dengan melakukan ritual mengorbankan binatang dan darahnya dipercikan ke permukaan bumi yangn mengandung makna ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta langit dan bumi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kehidupan dan rizki lewat bumi
Benua : Yaitu suatu kampung atau wilayah
Dengan demikian pengertian Erau Pelas Benua yaitu pesta pembersihan kampung yang mengandung makna bahwa kampung itu tidak saja bersih secara fisk dan dari unsure-unsur negatif/ jahat tetapi juga kebersihan bagi setiap jiwa yang menghuninya baik yang tampak maupun yang tidak tampak
Ritual Erau Pelas Benu dengan mengorbankan binatang dikalangan warga Kutai telah terjadi sejak ribuan tahun silam hal ini dapat dilihat dari prasasti Yufa peninggalan kerajaan Kutai Martadipura dengan rajanya yang terkenal sang Mulawarman pada Abad ke 4 M.
Pada prasasti pertama yang terjemahannya:
Sang raja manusia tersohor, kudungga yang agung mempunyai seorang Putra terkenal Aswawarman yang sebagaimana halnya Amuman, merupakan sang pendiri dinasti yang mulia dan mempunyai tiga putra terkenal mirip dengan ketiga api suci. Diantara ketiga putranya yang terkenal ketegasan, kekuatan dan kesabarannya adalah Mulawarman maharaja yang mempersembahkan Kurban Bahu Suwarnakam untuk upacara kurban itulah batu peringatan ini didirikan oleh ketua dikalangan orang-orang yang mengalami kelahiran kedua.
Untuk warga kutai di Guntung ritual pengorabanan Binatang di laksanakan setiap tahun biasanya dilakuakan setelah panen padi, merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rizki dan kehidupan di permukaan bumi dengan memberi makan Bumi atau Pelas Tanah
Dihidupkannya kembali Budaya Erau pelas Benua
Erau Pelas Benua yang dilaksanakan oleh penduduk Kutai yang ada di Guntung biasanya dilaksanakan setiap tahunnya dengan sangat sederhana dan jarang diketahui oleh masyarakat luas sejak tahun 2002 dilaksanakan dengan cukup meriah hal ini tidak lepas dari kaitannya dengan keberadan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Maradipura sebagai Pusat Adat dan seni budaya Kutai sejak tahun 1960 seolah tidak ada lagi gairah tanda-tanda kehidupan hubungan adat budaya kutai pun teputus namun dengan penambalan H.Adji Mohamad Salehoeddin II sebagai Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura pada tanggal 22 September 2001 bertepatan dengan adanya penyelenggaraan Erau Adat Kutai tahun 2001 dan diserahkan kembali Keraton dan benda-benda pusaka Kutai Kartanegara pada tanggal 25 September 2001 dari menteri Pariwisata dan Kebudayaan.
Berdasarkan surat perintah Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Nomor.110/SKK.SEK. LBG/2002 tanggal 10 April 2002 mengutus Putra Mahkota beserta rombongan yaitu :
1. Adji Pangeran Adipati Soerya Adiningrat
2. Adji Pangeran Hario Kusuma Puger
3. Adji Raden Nofiar Effendy
4. Adji Raden Mustawan Pranoto
5. Adji Raden Atmodjo Soepeno
6. Raden setya Sentana
7. Marta Inssyari
Mengadakan kunjungan silaturahmi dan penijauan ke daerah Guntung yang merupakan wilayah Adat yang berada dibawah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa keinginan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura untuk mengukuhkan Guntung sebagai pusat seni dan budaya Kutai di Kota Bontang yang diutarakan utusan beliau yaitu Putra Mahkota pada tanggal 13 April 2002
Dengan kunjungan tersebut maka diadakan peninjauan kembali bahwa pada masa lalu selalu diadakan Erau Pelas Benua yang kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan Panitia Erau Pelas Benua Guntung 2002 ditunjuk sebagai Ketua Panita Ir.Awang Sahrudin HAS dan Sekretarisnya Darmawi
Sebagai tindak lanjut keinginan Sultan Kutai Kartanegara Ing martadipura untuk mengukuhkan Guntung sebagai pusat seni dan budaya di Kota Bontang maka pada :
tanggal 04 Juni 2004 keluar Surat Keputsan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martaddipura Nomor: 07/SK-1/VI/2004 tentang Pengesahan Pembentukan Lembaga Adat Kutai Guntung Citra Kota Bontang yang di tindak lanjuti dengan pelantikan Dewan Adat dan Pengurus Lembaga Adat Kutai Guntung Citra Kota Bontang oleh Menteri Sekretaris Keraton atas nama Sulatan Kutai Kertanegara Ing Martadipura pada Tanggal 20 Juni 2004 di Hotel Equator Bontang. Dengan Akte Notaris Juliansyah,SH. Nomor: 28 tanggal 29 Juli 2004.
Ini lah Tonggak awal dirakit dan dihidupkannya kembali budaya Erau Pelas Benua di Guntung Kota Bontang. Sejak tahun 2002.
RIWAYAT SINGKAT ADANYA ERAU PELAS BENUA DI BONTANG (Kelurahan Guntung)
Erau berasal dari kata Eroh yang berarti ramai, riuh, penuh suka cita.
Pelas : yaitu pembersihan kampung atau suatu wilayah dari unsure-unsur negatif dengan melakukan ritual mengorbankan binatang dan darahnya dipercikan ke permukaan bumi yangn mengandung makna ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta langit dan bumi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kehidupan dan rizki lewat bumi
Benua : Yaitu suatu kampung atau wilayah
Dengan demikian pengertian Erau Pelas Benua yaitu pesta pembersihan kampung yang mengandung makna bahwa kampung itu tidak saja bersih secara fisk dan dari unsure-unsur negatif/ jahat tetapi juga kebersihan bagi setiap jiwa yang menghuninya baik yang tampak maupun yang tidak tampak
Ritual Erau Pelas Benu dengan mengorbankan binatang dikalangan warga Kutai telah terjadi sejak ribuan tahun silam hal ini dapat dilihat dari prasasti Yufa peninggalan kerajaan Kutai Martadipura dengan rajanya yang terkenal sang Mulawarman pada Abad ke 4 M.
Pada prasasti pertama yang terjemahannya:
Sang raja manusia tersohor, kudungga yang agung mempunyai seorang Putra terkenal Aswawarman yang sebagaimana halnya Amuman, merupakan sang pendiri dinasti yang mulia dan mempunyai tiga putra terkenal mirip dengan ketiga api suci. Diantara ketiga putranya yang terkenal ketegasan, kekuatan dan kesabarannya adalah Mulawarman maharaja yang mempersembahkan Kurban Bahu Suwarnakam untuk upacara kurban itulah batu peringatan ini didirikan oleh ketua dikalangan orang-orang yang mengalami kelahiran kedua.
Untuk warga kutai di Guntung ritual pengorabanan Binatang di laksanakan setiap tahun biasanya dilakuakan setelah panen padi, merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rizki dan kehidupan di permukaan bumi dengan memberi makan Bumi atau Pelas Tanah
Dihidupkannya kembali Budaya Erau pelas Benua
Erau Pelas Benua yang dilaksanakan oleh penduduk Kutai yang ada di Guntung biasanya dilaksanakan setiap tahunnya dengan sangat sederhana dan jarang diketahui oleh masyarakat luas sejak tahun 2002 dilaksanakan dengan cukup meriah hal ini tidak lepas dari kaitannya dengan keberadan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Maradipura sebagai Pusat Adat dan seni budaya Kutai sejak tahun 1960 seolah tidak ada lagi gairah tanda-tanda kehidupan hubungan adat budaya kutai pun teputus namun dengan penambalan H.Adji Mohamad Salehoeddin II sebagai Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura pada tanggal 22 September 2001 bertepatan dengan adanya penyelenggaraan Erau Adat Kutai tahun 2001 dan diserahkan kembali Keraton dan benda-benda pusaka Kutai Kartanegara pada tanggal 25 September 2001 dari menteri Pariwisata dan Kebudayaan.
Berdasarkan surat perintah Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Nomor.110/SKK.SEK. LBG/2002 tanggal 10 April 2002 mengutus Putra Mahkota beserta rombongan yaitu :
1. Adji Pangeran Adipati Soerya Adiningrat
2. Adji Pangeran Hario Kusuma Puger
3. Adji Raden Nofiar Effendy
4. Adji Raden Mustawan Pranoto
5. Adji Raden Atmodjo Soepeno
6. Raden setya Sentana
7. Marta Inssyari
Mengadakan kunjungan silaturahmi dan penijauan ke daerah Guntung yang merupakan wilayah Adat yang berada dibawah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa keinginan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura untuk mengukuhkan Guntung sebagai pusat seni dan budaya Kutai di Kota Bontang yang diutarakan utusan beliau yaitu Putra Mahkota pada tanggal 13 April 2002
Dengan kunjungan tersebut maka diadakan peninjauan kembali bahwa pada masa lalu selalu diadakan Erau Pelas Benua yang kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan Panitia Erau Pelas Benua Guntung 2002 ditunjuk sebagai Ketua Panita Ir.Awang Sahrudin HAS dan Sekretarisnya Darmawi
Sebagai tindak lanjut keinginan Sultan Kutai Kartanegara Ing martadipura untuk mengukuhkan Guntung sebagai pusat seni dan budaya di Kota Bontang maka pada :
tanggal 04 Juni 2004 keluar Surat Keputsan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martaddipura Nomor: 07/SK-1/VI/2004 tentang Pengesahan Pembentukan Lembaga Adat Kutai Guntung Citra Kota Bontang yang di tindak lanjuti dengan pelantikan Dewan Adat dan Pengurus Lembaga Adat Kutai Guntung Citra Kota Bontang oleh Menteri Sekretaris Keraton atas nama Sulatan Kutai Kertanegara Ing Martadipura pada Tanggal 20 Juni 2004 di Hotel Equator Bontang. Dengan Akte Notaris Juliansyah,SH. Nomor: 28 tanggal 29 Juli 2004.
Ini lah Tonggak awal dirakit dan dihidupkannya kembali budaya Erau Pelas Benua di Guntung Kota Bontang. Sejak tahun 2002.
1 comment for "ERAU Di BONTANG (GUNTUNG)"
aku malah belom pernah denger cerita ini n belum tau kampungnya juga..
sekarang jadi ngerti nihh..