Sebuah situs porno biasanya mengundang banyak pengintip maya yang akan ketagihan untuk kembali menyambangi setiap saat.
Tapi, kasus bangkrutnya situs porno Sex.com mengundang banyak tanya: mengapa sebuah situs porno bisa juga terbelit hutang sehingga berencana untuk menjual domainnya kepada pihak lain.
Pada 2006, pengelola situs, Escom LLC, membeli domain Sex.com seharga US$ 14 juta alias Rp 127 miliar. Escom bahkan sempat sesumbar, situs Sex.com yang mereka kelola, akan menjadi situs porno pemimpin pasar, yang menawarkan pengalaman interaksi web yang revolusioner.
Namun, pada kenyataannya, situs porno yang sempat meraup pendapatan sebesar US$ 15 ribu (sekitar Rp 136 juta) per hari itu, tak bisa bertahan.
Escom mengalamai gagal bayar selama setahun dan terbelit hutang sebesar US$ 10,1 juta atau sekitar Rp 92 miliar kepada Washington Technology Associates, iEntertainment Inc, dan AccountingMatters.com.
Akhirnya, Sex.com hendak dilelang untuk mendapatkan pembeli tertinggi. Namun, tiga perusahaan pemberi hutang, menggugat pailit dan membatalkan pelelangan karena khawatir aset Escom akan berkurang secara signifikan bila aset domain Sex.com terjual dalam lelang.
Lalu, kenapa Sex.com bisa bangkrut? Menurut situs econsultancy.com, ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh Sex.com:
- Domain bagus musti dibarengi pengembangan yang baik
Sex.com adalah nama domain internet yang mungkin paling banyak dicari dan diinginkan. Namun mengembangkan situs web agar tetap menarik dan menawarkan sesuatu yang dibutuhkan oleh pengunjung adalah syarat mutlak untuk terus bertahan.
Sementara, berdasarkan catatan dari Baltimore Sun, Sex.com hanya menyediakan fitur-fitur yang membosankan dan desainnya tidak lebih baik dari desain yang bisa dibuat oleh anak kecil yang berusia 10 tahun. Oleh karenanya, miskinnya visi pengembangan adalah alasan terbesar dari Sex.com menuju kehancurannya.
- Pentingya untuk tetap fokus
Sex.com mencoba melakukan berbagai macam hal, mulai dari menjual kaus t-shirt berjudul 'I Saw Your Dad on Sex.com', video YouTube terbaik harian, horoskop percintaan, hingga polling. Karena tidak fokus dan mencoba untuk melakukan semuanya, maka hasilnya pun kurang memuaskan.
- Model bisnis setiap industri berbeda-beda
Industri porno seringkali dipandang sebagai pengadopsi pertama teknologi baru. Namun, tentu saja hal ini juga bakal menemui berbagai hambatan baru. Sex.com gagal melakukan inovasi dan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi, sehingga tak mampu bertahan Hal ini juga berlaku secara alami bagi situs web yang bergerak di industri lain.
- Pemasaran merupakan faktor yang tak kalah penting
Menurut laporan dari Quantcast, Sex.com cuma mampu meraih kurang dari setengah juta pengunjung unik di AS, setiap bulannya. Yang lebih memprihatinkan, nama Sex.com tak bisa dijumpai di halaman pertama hasil pencarian Google untuk kata kunci 'sex'.
Padahal, nama Sex.com seharusnya muncul di halaman utama hasil pencarian apakah itu dengan cara beriklan di Google atau membangun trafik melalui Search Engine Optimization. Pengelola Sex.com tak bisa duduk diam menunggu pengunjung datang menemukan website mereka. Apalagi bila situs mereka tak lagi mampu memberikan alasan yang kuat kepada pengunjung yang ada untuk mau berkunjung kembali.
- Alokasi sumber daya yang tepat
Tiap bisnis memiliki bujet. Kunci sukses dari setiap bisnis adalah memaksimalkan bujet dengan mengalokasikan sumber daya secara proporsional. Mengerahkan semua uang hanya untuk sebuah nama domain, tapi mengesampingkan semua faktor lain, merupakan salah satu resep kehancuran Sex.com
Faktor-faktor di atas bisa menjadi pengalaman berharga bagi semua bisnis online; bahwa meraih modal awal, ide, dan mendapatkan domain yang bagus adalah sesuatu hal yang tak begitu sulit. Namun, membangun bisnis itu sendiri adalah sesuatu yang tidak mudah.
Tanpa logika bisnis dan eksekusi yang tepat, akan sangat sedikit yang bisa bertahan, bahkan bagi situs cybersyahwat seperti Sex.com sekalipun.
sumber : vivanews
http://dedepurnama.blogspot.com
Tapi, kasus bangkrutnya situs porno Sex.com mengundang banyak tanya: mengapa sebuah situs porno bisa juga terbelit hutang sehingga berencana untuk menjual domainnya kepada pihak lain.
Pada 2006, pengelola situs, Escom LLC, membeli domain Sex.com seharga US$ 14 juta alias Rp 127 miliar. Escom bahkan sempat sesumbar, situs Sex.com yang mereka kelola, akan menjadi situs porno pemimpin pasar, yang menawarkan pengalaman interaksi web yang revolusioner.
Namun, pada kenyataannya, situs porno yang sempat meraup pendapatan sebesar US$ 15 ribu (sekitar Rp 136 juta) per hari itu, tak bisa bertahan.
Escom mengalamai gagal bayar selama setahun dan terbelit hutang sebesar US$ 10,1 juta atau sekitar Rp 92 miliar kepada Washington Technology Associates, iEntertainment Inc, dan AccountingMatters.com.
Akhirnya, Sex.com hendak dilelang untuk mendapatkan pembeli tertinggi. Namun, tiga perusahaan pemberi hutang, menggugat pailit dan membatalkan pelelangan karena khawatir aset Escom akan berkurang secara signifikan bila aset domain Sex.com terjual dalam lelang.
Lalu, kenapa Sex.com bisa bangkrut? Menurut situs econsultancy.com, ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh Sex.com:
- Domain bagus musti dibarengi pengembangan yang baik
Sex.com adalah nama domain internet yang mungkin paling banyak dicari dan diinginkan. Namun mengembangkan situs web agar tetap menarik dan menawarkan sesuatu yang dibutuhkan oleh pengunjung adalah syarat mutlak untuk terus bertahan.
Sementara, berdasarkan catatan dari Baltimore Sun, Sex.com hanya menyediakan fitur-fitur yang membosankan dan desainnya tidak lebih baik dari desain yang bisa dibuat oleh anak kecil yang berusia 10 tahun. Oleh karenanya, miskinnya visi pengembangan adalah alasan terbesar dari Sex.com menuju kehancurannya.
- Pentingya untuk tetap fokus
Sex.com mencoba melakukan berbagai macam hal, mulai dari menjual kaus t-shirt berjudul 'I Saw Your Dad on Sex.com', video YouTube terbaik harian, horoskop percintaan, hingga polling. Karena tidak fokus dan mencoba untuk melakukan semuanya, maka hasilnya pun kurang memuaskan.
- Model bisnis setiap industri berbeda-beda
Industri porno seringkali dipandang sebagai pengadopsi pertama teknologi baru. Namun, tentu saja hal ini juga bakal menemui berbagai hambatan baru. Sex.com gagal melakukan inovasi dan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi, sehingga tak mampu bertahan Hal ini juga berlaku secara alami bagi situs web yang bergerak di industri lain.
- Pemasaran merupakan faktor yang tak kalah penting
Menurut laporan dari Quantcast, Sex.com cuma mampu meraih kurang dari setengah juta pengunjung unik di AS, setiap bulannya. Yang lebih memprihatinkan, nama Sex.com tak bisa dijumpai di halaman pertama hasil pencarian Google untuk kata kunci 'sex'.
Padahal, nama Sex.com seharusnya muncul di halaman utama hasil pencarian apakah itu dengan cara beriklan di Google atau membangun trafik melalui Search Engine Optimization. Pengelola Sex.com tak bisa duduk diam menunggu pengunjung datang menemukan website mereka. Apalagi bila situs mereka tak lagi mampu memberikan alasan yang kuat kepada pengunjung yang ada untuk mau berkunjung kembali.
- Alokasi sumber daya yang tepat
Tiap bisnis memiliki bujet. Kunci sukses dari setiap bisnis adalah memaksimalkan bujet dengan mengalokasikan sumber daya secara proporsional. Mengerahkan semua uang hanya untuk sebuah nama domain, tapi mengesampingkan semua faktor lain, merupakan salah satu resep kehancuran Sex.com
Faktor-faktor di atas bisa menjadi pengalaman berharga bagi semua bisnis online; bahwa meraih modal awal, ide, dan mendapatkan domain yang bagus adalah sesuatu hal yang tak begitu sulit. Namun, membangun bisnis itu sendiri adalah sesuatu yang tidak mudah.
Tanpa logika bisnis dan eksekusi yang tepat, akan sangat sedikit yang bisa bertahan, bahkan bagi situs cybersyahwat seperti Sex.com sekalipun.
sumber : vivanews
http://dedepurnama.blogspot.com
Post a Comment for "Kenapa Sex.com Bisa Bangkrut"