Hernia, nama yang indah. Bukan nama perempuan cantik, tetapi gangguan kesehatan yang patut diwaspadai. Orang awam mengenalnya sebagai turun berok atau ketedhun dalam bahasa jawa.
"Jangan mengangkat barang berat atau sering mengejan, nanti turun berok." Peringatan serupa itu sering kita dengar terutama dari orang tua, supaya kita terhindar dari penyakit turun berok.
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, artinya penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga tersebut. Dinding rongga yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus.
Sebagai gambaran, hernia adalah masuknya isi suatu organ ke dalam kantong karena berbagai sebab. Bisa dibilang, apa pun yang masuk ke kantong dan keluar dari tempatnya disebut hernia. Contohnya, kondisi sebagian organ usus masuk ke kantong yang terdapat pada pusar disebut hernia umbilikal.
Hernia dibedakan atas beberapa jenis, sesuai letaknya. Bila terjadi di paha disebut hernia femoralis, di pusar hernia umbilikalis, dan di sekat rongga dada dinamai hernia diafragmatika. Ada juga hernia inguinalis yang terjadi di lipatan paha.
Hernia insisional terjadi setelah seseorang menjalani operasi. Setelah dibedah, kekuatan jaringan tidak seratus persen kembali seperti semula. Daerah tersebut melemah dan terjadilah hernia.
Sisi kanan
Yang paling sering terjadi adalah hernia inguinalis atau turun berok. Dijelaskan Dr. Nur Rasyid, Sp.U, ahli urologi dari RS Asri, di selangkangan bayi yang belum lahir terdapat saluran. Pada bayi laki-laki, saluran itu merupakan tempat turunnya buah zakar.
Saat usia kehamilan delapan bulan, buah zakar turun dan mengisi kantongnya. Begitu bayi lahir, pipa saluran selangkangan yang berhulu pada dinding perut bagian bawah ini akan menutup. Pada bayi perempuan, pipa tidak terpakai, tetapi akan menutup juga.
"Ada kalanya saluran ini tidak atau kurang sempurna menutup ketika bayi lahir. Ini bisa terjadi pada dua sisi, meski lebih sering terjadi di sisi kanan. Daerah ini menjadi titik lemah potensial terjadinya hernia," katanya.
Saluran yang tidak menutup ini memungkinkan masuknya isi perut seperti usus, dan menonjol keluar dari dinding perut. Tonjolan ini disebut hernia. Karena tonjolan ini menyusup keluar dari saluran tempat keluarnya buah zakar, bisa merambat hingga ke kantong buah zakar, kemudian dikenal dengan turun berok.
Bagian dari tonjolan itu adalah kantong yang menampung usus, organ yang keluar, serta pintu masuk ke lubang cincin hernia.
Pria lebih banyak
Hernia dapat terjadi pada siapa saja dan usia berapa saja. Namun, kaum lelaki lebih sering mengalaminya daripada perempuan.
Pada orang dewasa, hernia terjadi karena dua faktor utama, yaitu adanya otot dinding rongga yang lemah, misalnya perut, atau dorongan yang menyebabkan tekanan di dalam rongga perut meningkat. Hernia ini biasanya terjadi pada usia lanjut karena otot dinding rongga perut melemah.
Pada wanita, kegemukan dapat memungkinkan timbulnya tekanan berlebih di daerah yang lemah. Keadaan tersebut mengakibatkan usus terdorong hingga menonjol keluar.
Beberapa penelitian di Eropa menyatakan kebiasaan merokok, penyakit terkait jaringan ikat, atau diabetes memengaruhi fungsi metabolisme pada jaringan ikat, sehingga berisiko menimbulkan hernia.
Benjolan di lipatan paha
Orang awam bisa mengetahui gejala awal hernia, meski tidak menyadarinya. "Awalnya gejala yang dirasakan adalah adanya benjolan di lipatan paha. Benjolan ini timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan, atau mengangkat barang berat," ungkap Dr. Nur Rasyid. Namun, benjolan dan keluhan nyeri akan hilang bila penderita berbaring.
Hernia bisa bersifat ringan atau reponibel, yaitu bagian usus yang keluar dapat masuk kembali ke rongga perut jika penderita berbaring atau didorong sendiri oleh penderita. Yang celaka bila hernia sudah lanjut atau ireponibel. Pada tahapan ini isi perut yang keluar tidak dapat masuk kembali meski sudah didorong.
Yang perlu diwaspadai jika cincin hernia berdiameter kecil. Pasalnya, bagian usus yang keluar dapat semakin banyak dan tidak dapat kembali lagi, atau disebut hernia inkaserata. Bisa juga bagian usus yang terjebak tadi mengalami pembusukan dan mati karena tidak mendapat pasokan darah. Kondisi ini disebut hernia strangulata.
Jika dibiarkan terus, racun dari pembusukan tadi akan menyebar ke perut dan bisa menyebabkan infeksi. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Minim sayatan
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila organ yang keluar bisa dimasukkan kembali, penderita hanya perlu memakai penyangga atau korset untuk mempertahankan isi hernia.
Bila tidak dapat dibetulkan lagi letaknya, harus dilakukan operasi untuk menutup dan memperkuat bagian tubuh yang lemah. Otot perut dirapatkan untuk menutup lubang. Operasi hernia merupakan tindakan bedah yang paling sering dilakukan setelah usus buntu.
Zaman dulu operasi dilakukan dengan menempatkan pasien dalam posisi kepala di bawah agar isi hernia masuk ke rongga perut akibat gaya gravitasi bumi. Saat ini sudah ada teknik laparaskopi. Keuntungannya adalah minim sayatan.
Setelah operasi, sebagian pasien masih mengeluhkan bagian yang dioperasi, seperti ada rasa tertarik dan nyeri. Untuk mengatasinya, bisa menggunakan jala sintetis (mesh).
Kenali Pencetusnya
Hernia inguinal lebih sering terjadi pada kaum pria. Kondisi yang dapat memperbesar risiko seseorang terkena hernia inguinal di antaranya:
- Keturunan. Risiko lebih besar jika ada keluarga dekat yang pernah terkena hernia.
- Menderita penyakit tertentu. Penyakit tertentu, seperti batuk kronis, bisa memicu terjadinya tekanan berlebih yang dapat menyebabkan hernia. Sembelit atau konstipasi kronis juga dapat memperbesar risiko hernia.
- Obesitas. Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
- Kehamilan. Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut.
- Pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
- Kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal.
- Bila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
Jika sudah mengetahui faktor risikonya, lakukan pencegahan dengan cara ini:
- Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat. Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
- Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
- Hindari mengangkat barang yang terlalu berat. Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
- Hindari rokok dan asapnya. Rokok beserta asapnya bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti batuk kronis yang dapat mencetuskan hernia.
Gaya Hidup Usai Operasi
Apakah hernia akan sembuh total dengan tindakan operasi? Belum tentu. Hernia bisa kambuh meski penderita sudah menjalani operasi, terutama jika pola hidupnya tidak sehat atau tidak menuruti anjuran dokter.
Untuk mencegah hernia balik lagi setelah operasi, dapat dilakukan beberapa langkah ini.
Dianjurkan:
- Berjalan kaki untuk mempercepat kesembuhan dan meningkatkan kebugaran pascaoperasi.
- Mengatur pola makan. Minum banyak air dan konsumsi makanan tinggi serat untuk membantu pencernaan dan pergerakan lambung.
- Beristirahat selama beberapa hari atau sesuai anjuran dokter.
- Minum obat yang dianjurkan dokter.
- Rutin melakukan pemeriksaan ulang setiap tiga bulan untuk memastikan hasil operasi.
- Jika mempunyai masalah sembelit, sebaiknya segera diobati.
Tidak dianjurkan:
- Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan mengangkat barang berat lebih dari 5 kg selama beberapa bulan atau sesuai anjuran dokter.
- Menjalani pola hidup yang menyebabkan batuk seperti merokok.
- Membungkuk terlalu sering.
- Mengalami penambahan berat badan tiba-tiba dalam jumlah banyak atau kegemukan.
- Melakukan aktivitas fisik seperti yoga ataupun senam. Lakukanlah aktivitas yang diperbolehkan dokter.
Latihan Napas Cegah Hernia
Hernia kerap disebut sebagai penyakit para atlet, terutama angkat besi atau angkat berat, karena alasan tekanan yang berlebih pada tubuh. Dr. Michael Triangto, Sp.KO, dari Slim + Health Sport Therapy mengamini hal tersebut.
"Memang olahragawan, terutama atlet angkat besi, lebih berisiko terkena hernia," ujar Dr. Michael.
Meski demikian, para olahragawan tidak perlu cemas. Ketika melakukan olahraga, mereka dapat mengenakan perlengkapan yang bisa mengurangi tekanan pada perut. "Misalnya, atlet angkat besi bisa mengenakan sabuk khusus untuk mengurangi tekanan pada perut. Hal ini dapat mencegah terjadinya hernia umbilikalis, tetapi mereka tetap berpotensi terkena hernia inguinalis," ungkapnya.
Saat ini juga terdapat celana khusus untuk mengurangi risiko terkena hernia inguinalis. "Tetapi, hal tersebut tidak efektif jika si empunya badan membandel, misalnya tetap melakukan aktivitas berat," sebutnya.
Dijelaskan pula oleh Dr. Michael, tekanan yang terjadi pada tubuh sifatnya seperti air. Tekanan tersebut akan mencari tempat yang paling lemah dari tubuh yang disebut lokus minoris resistensi lalu keluar di sana.
"Keluarnya tekanan tersebut bisa menimbulkan hernia," ujarnya.
Ada anggapan bahwa latihan untuk otot di sekitar perut dapat mencegah hernia. Namun, Dr. Michael mengoreksi pendapat tersebut. Menurutnya, untuk mencegah hernia sebaiknya lakukan latihan pernapasan.
"Melatih otot perut agar kuat memang tidak salah. Masalahnya, jika otot perut kuat, tekanan yang dihasilkan dari aktivitas fisik akan mencari titik terlemah pada tubuh," ujarnya.
Ia memberi gambaran pada atlet angkat besi, yang pasti memiliki otot perut kuat. "Nah, karena otot perutnya sudah kuat, tekanan tersebut akan mencari jalan lain, yaitu di daerah skrotum. Karena itu, hernia tetap saja bisa terjadi. Lagipula otot di daerah skrotum tidak bisa dilatih hingga kuat," sebutnya.
Ia pun menyarankan latihan napas di sela-sela kegiatan fisik yang berat guna menghindari hernia. Ia mencontohkan, seseorang biasanya akan menahan napas ketika menahan beban berat. Hal tersebut menimbulkan tekanan yang besar, terutama pada bagian perut.
Untuk mengurangi tekanan tadi, napas harus dibuang, bukannya ditahan ketika mengangkat beban berat. "Memang susah untuk membiasakan diri melakukannya, tetapi hal ini efektif untuk mencegah hernia secara alami tanpa alat bantu," katanya.
Sumber: Senior
http://dedepurnama.blogspot.com
"Jangan mengangkat barang berat atau sering mengejan, nanti turun berok." Peringatan serupa itu sering kita dengar terutama dari orang tua, supaya kita terhindar dari penyakit turun berok.
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, artinya penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga tersebut. Dinding rongga yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus.
Sebagai gambaran, hernia adalah masuknya isi suatu organ ke dalam kantong karena berbagai sebab. Bisa dibilang, apa pun yang masuk ke kantong dan keluar dari tempatnya disebut hernia. Contohnya, kondisi sebagian organ usus masuk ke kantong yang terdapat pada pusar disebut hernia umbilikal.
Hernia dibedakan atas beberapa jenis, sesuai letaknya. Bila terjadi di paha disebut hernia femoralis, di pusar hernia umbilikalis, dan di sekat rongga dada dinamai hernia diafragmatika. Ada juga hernia inguinalis yang terjadi di lipatan paha.
Hernia insisional terjadi setelah seseorang menjalani operasi. Setelah dibedah, kekuatan jaringan tidak seratus persen kembali seperti semula. Daerah tersebut melemah dan terjadilah hernia.
Sisi kanan
Yang paling sering terjadi adalah hernia inguinalis atau turun berok. Dijelaskan Dr. Nur Rasyid, Sp.U, ahli urologi dari RS Asri, di selangkangan bayi yang belum lahir terdapat saluran. Pada bayi laki-laki, saluran itu merupakan tempat turunnya buah zakar.
Saat usia kehamilan delapan bulan, buah zakar turun dan mengisi kantongnya. Begitu bayi lahir, pipa saluran selangkangan yang berhulu pada dinding perut bagian bawah ini akan menutup. Pada bayi perempuan, pipa tidak terpakai, tetapi akan menutup juga.
"Ada kalanya saluran ini tidak atau kurang sempurna menutup ketika bayi lahir. Ini bisa terjadi pada dua sisi, meski lebih sering terjadi di sisi kanan. Daerah ini menjadi titik lemah potensial terjadinya hernia," katanya.
Saluran yang tidak menutup ini memungkinkan masuknya isi perut seperti usus, dan menonjol keluar dari dinding perut. Tonjolan ini disebut hernia. Karena tonjolan ini menyusup keluar dari saluran tempat keluarnya buah zakar, bisa merambat hingga ke kantong buah zakar, kemudian dikenal dengan turun berok.
Bagian dari tonjolan itu adalah kantong yang menampung usus, organ yang keluar, serta pintu masuk ke lubang cincin hernia.
Pria lebih banyak
Hernia dapat terjadi pada siapa saja dan usia berapa saja. Namun, kaum lelaki lebih sering mengalaminya daripada perempuan.
Pada orang dewasa, hernia terjadi karena dua faktor utama, yaitu adanya otot dinding rongga yang lemah, misalnya perut, atau dorongan yang menyebabkan tekanan di dalam rongga perut meningkat. Hernia ini biasanya terjadi pada usia lanjut karena otot dinding rongga perut melemah.
Pada wanita, kegemukan dapat memungkinkan timbulnya tekanan berlebih di daerah yang lemah. Keadaan tersebut mengakibatkan usus terdorong hingga menonjol keluar.
Beberapa penelitian di Eropa menyatakan kebiasaan merokok, penyakit terkait jaringan ikat, atau diabetes memengaruhi fungsi metabolisme pada jaringan ikat, sehingga berisiko menimbulkan hernia.
Benjolan di lipatan paha
Orang awam bisa mengetahui gejala awal hernia, meski tidak menyadarinya. "Awalnya gejala yang dirasakan adalah adanya benjolan di lipatan paha. Benjolan ini timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan, atau mengangkat barang berat," ungkap Dr. Nur Rasyid. Namun, benjolan dan keluhan nyeri akan hilang bila penderita berbaring.
Hernia bisa bersifat ringan atau reponibel, yaitu bagian usus yang keluar dapat masuk kembali ke rongga perut jika penderita berbaring atau didorong sendiri oleh penderita. Yang celaka bila hernia sudah lanjut atau ireponibel. Pada tahapan ini isi perut yang keluar tidak dapat masuk kembali meski sudah didorong.
Yang perlu diwaspadai jika cincin hernia berdiameter kecil. Pasalnya, bagian usus yang keluar dapat semakin banyak dan tidak dapat kembali lagi, atau disebut hernia inkaserata. Bisa juga bagian usus yang terjebak tadi mengalami pembusukan dan mati karena tidak mendapat pasokan darah. Kondisi ini disebut hernia strangulata.
Jika dibiarkan terus, racun dari pembusukan tadi akan menyebar ke perut dan bisa menyebabkan infeksi. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Minim sayatan
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila organ yang keluar bisa dimasukkan kembali, penderita hanya perlu memakai penyangga atau korset untuk mempertahankan isi hernia.
Bila tidak dapat dibetulkan lagi letaknya, harus dilakukan operasi untuk menutup dan memperkuat bagian tubuh yang lemah. Otot perut dirapatkan untuk menutup lubang. Operasi hernia merupakan tindakan bedah yang paling sering dilakukan setelah usus buntu.
Zaman dulu operasi dilakukan dengan menempatkan pasien dalam posisi kepala di bawah agar isi hernia masuk ke rongga perut akibat gaya gravitasi bumi. Saat ini sudah ada teknik laparaskopi. Keuntungannya adalah minim sayatan.
Setelah operasi, sebagian pasien masih mengeluhkan bagian yang dioperasi, seperti ada rasa tertarik dan nyeri. Untuk mengatasinya, bisa menggunakan jala sintetis (mesh).
Kenali Pencetusnya
Hernia inguinal lebih sering terjadi pada kaum pria. Kondisi yang dapat memperbesar risiko seseorang terkena hernia inguinal di antaranya:
- Keturunan. Risiko lebih besar jika ada keluarga dekat yang pernah terkena hernia.
- Menderita penyakit tertentu. Penyakit tertentu, seperti batuk kronis, bisa memicu terjadinya tekanan berlebih yang dapat menyebabkan hernia. Sembelit atau konstipasi kronis juga dapat memperbesar risiko hernia.
- Obesitas. Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
- Kehamilan. Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut.
- Pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
- Kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal.
- Bila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
Jika sudah mengetahui faktor risikonya, lakukan pencegahan dengan cara ini:
- Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat. Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
- Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
- Hindari mengangkat barang yang terlalu berat. Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
- Hindari rokok dan asapnya. Rokok beserta asapnya bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti batuk kronis yang dapat mencetuskan hernia.
Gaya Hidup Usai Operasi
Apakah hernia akan sembuh total dengan tindakan operasi? Belum tentu. Hernia bisa kambuh meski penderita sudah menjalani operasi, terutama jika pola hidupnya tidak sehat atau tidak menuruti anjuran dokter.
Untuk mencegah hernia balik lagi setelah operasi, dapat dilakukan beberapa langkah ini.
Dianjurkan:
- Berjalan kaki untuk mempercepat kesembuhan dan meningkatkan kebugaran pascaoperasi.
- Mengatur pola makan. Minum banyak air dan konsumsi makanan tinggi serat untuk membantu pencernaan dan pergerakan lambung.
- Beristirahat selama beberapa hari atau sesuai anjuran dokter.
- Minum obat yang dianjurkan dokter.
- Rutin melakukan pemeriksaan ulang setiap tiga bulan untuk memastikan hasil operasi.
- Jika mempunyai masalah sembelit, sebaiknya segera diobati.
Tidak dianjurkan:
- Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan mengangkat barang berat lebih dari 5 kg selama beberapa bulan atau sesuai anjuran dokter.
- Menjalani pola hidup yang menyebabkan batuk seperti merokok.
- Membungkuk terlalu sering.
- Mengalami penambahan berat badan tiba-tiba dalam jumlah banyak atau kegemukan.
- Melakukan aktivitas fisik seperti yoga ataupun senam. Lakukanlah aktivitas yang diperbolehkan dokter.
Latihan Napas Cegah Hernia
Hernia kerap disebut sebagai penyakit para atlet, terutama angkat besi atau angkat berat, karena alasan tekanan yang berlebih pada tubuh. Dr. Michael Triangto, Sp.KO, dari Slim + Health Sport Therapy mengamini hal tersebut.
"Memang olahragawan, terutama atlet angkat besi, lebih berisiko terkena hernia," ujar Dr. Michael.
Meski demikian, para olahragawan tidak perlu cemas. Ketika melakukan olahraga, mereka dapat mengenakan perlengkapan yang bisa mengurangi tekanan pada perut. "Misalnya, atlet angkat besi bisa mengenakan sabuk khusus untuk mengurangi tekanan pada perut. Hal ini dapat mencegah terjadinya hernia umbilikalis, tetapi mereka tetap berpotensi terkena hernia inguinalis," ungkapnya.
Saat ini juga terdapat celana khusus untuk mengurangi risiko terkena hernia inguinalis. "Tetapi, hal tersebut tidak efektif jika si empunya badan membandel, misalnya tetap melakukan aktivitas berat," sebutnya.
Dijelaskan pula oleh Dr. Michael, tekanan yang terjadi pada tubuh sifatnya seperti air. Tekanan tersebut akan mencari tempat yang paling lemah dari tubuh yang disebut lokus minoris resistensi lalu keluar di sana.
"Keluarnya tekanan tersebut bisa menimbulkan hernia," ujarnya.
Ada anggapan bahwa latihan untuk otot di sekitar perut dapat mencegah hernia. Namun, Dr. Michael mengoreksi pendapat tersebut. Menurutnya, untuk mencegah hernia sebaiknya lakukan latihan pernapasan.
"Melatih otot perut agar kuat memang tidak salah. Masalahnya, jika otot perut kuat, tekanan yang dihasilkan dari aktivitas fisik akan mencari titik terlemah pada tubuh," ujarnya.
Ia memberi gambaran pada atlet angkat besi, yang pasti memiliki otot perut kuat. "Nah, karena otot perutnya sudah kuat, tekanan tersebut akan mencari jalan lain, yaitu di daerah skrotum. Karena itu, hernia tetap saja bisa terjadi. Lagipula otot di daerah skrotum tidak bisa dilatih hingga kuat," sebutnya.
Ia pun menyarankan latihan napas di sela-sela kegiatan fisik yang berat guna menghindari hernia. Ia mencontohkan, seseorang biasanya akan menahan napas ketika menahan beban berat. Hal tersebut menimbulkan tekanan yang besar, terutama pada bagian perut.
Untuk mengurangi tekanan tadi, napas harus dibuang, bukannya ditahan ketika mengangkat beban berat. "Memang susah untuk membiasakan diri melakukannya, tetapi hal ini efektif untuk mencegah hernia secara alami tanpa alat bantu," katanya.
Sumber: Senior
http://dedepurnama.blogspot.com
Post a Comment for "Semua Bisa Kena Hernia"