Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, yaitu 76 gunung. Tidak mengherankan jika letusan paling mematikan juga terjadi di Bumi Nusantara. Letusan paling dahsyat dalam era modern adalah Gunung Tambora di Sumbawa. Menurut pakar gunung berapi asal Australia John Seach, Tambora meletus pada 5 April 1815, yang terdengar sampai Sumatera yang jaraknya 2.000 kilometer di timur.
Dampaknya luar biasa. Abu yang dihembuskan gunung setinggi 4.300 meter itu menutup sinar surya. Membuat suhu anjlok di titik 3 derajat celsius. "Eropa lewati satu tahun tanpa musim panas, dan India gagal panen," ujarnya dalam situs Volcanolive.com. .
Sebanyak 100 kilometer kubik magma ditambah awan panas langsung menewaskan 10 ribu penduduk sekitar. Jumlah korban berlipat jadi 92 ribu akibat hempasan tsunami setinggi 10 meter. "Jika ditambah korban akibat penyakit dan kelaparan, bisa mencapai 117 ribu," kata pakar yang telah mendaki 180 gunung berapi di seluruh belahan Bumi ini. Peristiwa ini menjadikan Tambora sebagai penyebab bencana kelaparan terparah di abad XIX.
Enam puluh delapan tahun kemudian, pada 27 Agustus 1883, terjadi letusan hebat lain di antara Selat Sunda. Gelegarnya terdengar hingga Australia, 3.500 kilometer arah tenggara, dan tercatat sebagai letusan terbesar sepanjang sejarah. Sementara alat pencatat gelombang atau barograf di seluruh dunia mencatat gelombang yang ditimbulkan Krakatau sampai 7 kali mengelilingi dunia. Suhu turun sampai 1,2 derajat celsius sepanjang tahun itu, dan iklim baru kembali normal setelah lima tahun.
Pemerintah Kolonial Belanda mencatat korban letusan sebanyak 36.417 orang. Kebanyakan akibat tsunami 30 meter yang menyapu Banten dan Lampung.
Profesor Departemen Ilmu Bumi Universitas Columbia, Amerika Serikat, William Henke, menempatkan Krakatau sebagai letusan paling terdahsyat. Diikuti Gunung Pelee di Martinique, Karibia yang menelan 29 ribu jiwa pada 1902, dan Nevada del Ruiz di Kolombia dengan 23 ribu korban pada 1985.
Namun, letusan gunung berapi terdahsyat terjadi di Sumatera bagian utara, sekitar 69 ribu-77 ribu tahun lalu. "Tidak bisa dibandingkan dengan apa pun di dunia," ujar pakar gunung berapi Australia, Profesor Ray Cast. Partikel dari letusannya bertahan di udara selama enam tahun.
Letusan itu nyaris memusnahkan warga bumi, yang kala itu dihuni Neanderthal di Eropa, Homo erectus, dan Homo floresiensis di Asia. Jumlah manusia diperkirakan hanya 10 ribu dan tersebar di kelompok-kelompok kecil di Afrika dan sebagian kecil di India. "Kita hampir saja punah karena Toba," ujarnya.
http://dedepurnama.blogspot.com
Dampaknya luar biasa. Abu yang dihembuskan gunung setinggi 4.300 meter itu menutup sinar surya. Membuat suhu anjlok di titik 3 derajat celsius. "Eropa lewati satu tahun tanpa musim panas, dan India gagal panen," ujarnya dalam situs Volcanolive.com. .
Sebanyak 100 kilometer kubik magma ditambah awan panas langsung menewaskan 10 ribu penduduk sekitar. Jumlah korban berlipat jadi 92 ribu akibat hempasan tsunami setinggi 10 meter. "Jika ditambah korban akibat penyakit dan kelaparan, bisa mencapai 117 ribu," kata pakar yang telah mendaki 180 gunung berapi di seluruh belahan Bumi ini. Peristiwa ini menjadikan Tambora sebagai penyebab bencana kelaparan terparah di abad XIX.
Enam puluh delapan tahun kemudian, pada 27 Agustus 1883, terjadi letusan hebat lain di antara Selat Sunda. Gelegarnya terdengar hingga Australia, 3.500 kilometer arah tenggara, dan tercatat sebagai letusan terbesar sepanjang sejarah. Sementara alat pencatat gelombang atau barograf di seluruh dunia mencatat gelombang yang ditimbulkan Krakatau sampai 7 kali mengelilingi dunia. Suhu turun sampai 1,2 derajat celsius sepanjang tahun itu, dan iklim baru kembali normal setelah lima tahun.
Pemerintah Kolonial Belanda mencatat korban letusan sebanyak 36.417 orang. Kebanyakan akibat tsunami 30 meter yang menyapu Banten dan Lampung.
Profesor Departemen Ilmu Bumi Universitas Columbia, Amerika Serikat, William Henke, menempatkan Krakatau sebagai letusan paling terdahsyat. Diikuti Gunung Pelee di Martinique, Karibia yang menelan 29 ribu jiwa pada 1902, dan Nevada del Ruiz di Kolombia dengan 23 ribu korban pada 1985.
Namun, letusan gunung berapi terdahsyat terjadi di Sumatera bagian utara, sekitar 69 ribu-77 ribu tahun lalu. "Tidak bisa dibandingkan dengan apa pun di dunia," ujar pakar gunung berapi Australia, Profesor Ray Cast. Partikel dari letusannya bertahan di udara selama enam tahun.
Letusan itu nyaris memusnahkan warga bumi, yang kala itu dihuni Neanderthal di Eropa, Homo erectus, dan Homo floresiensis di Asia. Jumlah manusia diperkirakan hanya 10 ribu dan tersebar di kelompok-kelompok kecil di Afrika dan sebagian kecil di India. "Kita hampir saja punah karena Toba," ujarnya.
http://dedepurnama.blogspot.com
Post a Comment for "3 Letusan Gunung Berapi Paling Mematikan yang Pernah Terjadi"