Stuxnet diduga kuat merupakan virus komputer yang dibuat untuk menyabotase fasilitas nuklir. Bahkan, pada awalnya, virus itu sempat dicurigai hendak membuat ledakan. Peneliti antivirus sudah cukup lama mencurigai target Stuxnet adalah fasilitas nuklir.
Nah, awalnya, peneliti antivirus mencurigai kemungkinan Stuxnet digunakan untuk sabotase Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang bisa menyebabkan ledakan. Ternyata, seperti dikemukakan dalam penelitian Symantec, sabotase yang dilakukan kemungkinan adalah proyek jangka panjang yang menyebabkan kerusakan tanpa terdeteksi.
"Stuxnet mengubah frekuensi hanya untuk periode waktu yang singkat, dari 1410 Hz ke 2 Hz lalu ke 1064 Hz. Modifikasi ini pada dasarnya akan mensabotase sistem otomatisasi yang ada," sebut Eric Chien dalam blog resmi Symantec.
Serangan Tersembunyi
Peneliti Symantec, Liam O Murchu, dalam makalah terbarunya, mengatakan bahwa aplikasinya ternyata sangat terbatas. "Dibutuhkan sebuah proses yang berjalan terus-menerus selama lebih dari sebulan agar kode ini bisa menghasilkan efek yang diinginkan," tulis O Murchu.
"Jika kita melihat pada proses pengayaan nuklir (uranium-red), maka sentrifusanya harus berputar pada kecepatan tertentu selama periode yang lama agar bisa mengekstraksi Uranium murni," katanya.
"Jika centrifuge berhenti berputar pada kecepatan tinggi itu, proses isolasi isotop bisa terganggu.. dan Uranium yang dihasilkan akan memiliki mutu yang lebih rendah," O Murchu menjelaskan.
Menurutnya, proses jahat yang dilakukan Stuxnet bisa terpaut waktu yang lama, bahkan hingga tiga minggu. Artinya, lanjut O Murchu, Stuxnet memang ingin mengendap-endap di targetnya untuk waktu lama.
Bahkan jika terdeteksi ada gangguan operasional di fasilitas nuklir sasaran, Stuxnet telah dirancang agar administrator tidak mudah mendeteksi Stuxnet yang sedang bekerja. Tapi ternyata, Stuxnet sudah terlanjur terungkap sejak Juli 2010.
http://dedepurnama.blogspot.com
Nah, awalnya, peneliti antivirus mencurigai kemungkinan Stuxnet digunakan untuk sabotase Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang bisa menyebabkan ledakan. Ternyata, seperti dikemukakan dalam penelitian Symantec, sabotase yang dilakukan kemungkinan adalah proyek jangka panjang yang menyebabkan kerusakan tanpa terdeteksi.
"Stuxnet mengubah frekuensi hanya untuk periode waktu yang singkat, dari 1410 Hz ke 2 Hz lalu ke 1064 Hz. Modifikasi ini pada dasarnya akan mensabotase sistem otomatisasi yang ada," sebut Eric Chien dalam blog resmi Symantec.
Serangan Tersembunyi
Peneliti Symantec, Liam O Murchu, dalam makalah terbarunya, mengatakan bahwa aplikasinya ternyata sangat terbatas. "Dibutuhkan sebuah proses yang berjalan terus-menerus selama lebih dari sebulan agar kode ini bisa menghasilkan efek yang diinginkan," tulis O Murchu.
"Jika kita melihat pada proses pengayaan nuklir (uranium-red), maka sentrifusanya harus berputar pada kecepatan tertentu selama periode yang lama agar bisa mengekstraksi Uranium murni," katanya.
"Jika centrifuge berhenti berputar pada kecepatan tinggi itu, proses isolasi isotop bisa terganggu.. dan Uranium yang dihasilkan akan memiliki mutu yang lebih rendah," O Murchu menjelaskan.
Menurutnya, proses jahat yang dilakukan Stuxnet bisa terpaut waktu yang lama, bahkan hingga tiga minggu. Artinya, lanjut O Murchu, Stuxnet memang ingin mengendap-endap di targetnya untuk waktu lama.
Bahkan jika terdeteksi ada gangguan operasional di fasilitas nuklir sasaran, Stuxnet telah dirancang agar administrator tidak mudah mendeteksi Stuxnet yang sedang bekerja. Tapi ternyata, Stuxnet sudah terlanjur terungkap sejak Juli 2010.
http://dedepurnama.blogspot.com
Post a Comment for "Berbahaya Virus Stuxnet Dicurigai Sabotase Nuklir untuk di Ledakkan"