Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengimbau kepada para pelanggan telekomunikasi agar lebih teliti dalam membaca penawaran yang diberikan oleh operator. Sebab, banyak bahasa pemasaran yang biasanya mengandung jebakan. Seperti biasa, dalam setiap siklus tertentu, operator selalu mengemas ulang setiap produknya untuk menarik minat pelanggan agar terus digunakan. Baik untuk panggilan telepon, mengirimkan pesan singkat, maupun akses data internet.
Anggota Komite BRTI Heru Sutadi merasa perlu mengingatkan kepada pelanggan bahwa tarif telepon yang akan ditagihkan, belum tentu sama dengan yang diiming-imingkan operator melalui bahasa pemasaran yang sudah dipoles sedemikian rupa agar terkesan lebih murah. Hampir semua operator, lanjut Heru, pernah dipanggil oleh BRTI untuk meluruskan iklan-iklan layanannya yang tidak informatif, kurang lengkap, dan tidak akurat. "Mereka kami panggil dan kemudian kami bina," ujarnya.
Belum lama ini, sejumlah operator kembali mengemas ulang promosi penawaran tarifnya. Misalnya saja, Esia dari Bakrie Telecom (Btel) dan IM3 punya Indosat. Keduanya menawarkan tarif promosi yang terlihat sederhana secara bahasa pemasaran. Program ini menyusul skema tarif yang telah lebih dulu dirilis Telkom Flexi dan XL Axiata.
Btel menetapkan tarif Rp 1 untuk semua jenis layanan yang ditawarkan oleh produk Esia. "Kini semuanya disatukan dalam satu tarif untuk semua layanan, yaitu Rp 1. Apa saja bisa satu rupiah," kata Wakil Dirut Btel Bidang Pemasaran, Erik Meijer, dalam keterangan pers sebelumnya.
Erik mengklaim, konsep yang ditawarkannya lebih memanjakan pelanggan. Sebab,
menurutnya, operator lain mulai beralih dari menawarkan tarif per detik pindah ke per menit dengan melakukan pembulatan ke atas. "Itu sama saja menaikkan tarif, kami justru menurunkan dan menjadikannya per
detik," tegasnya.
Sementara Indosat mengusung angka 24 yang dijadikan acuan untuk semua bentuk
penawaran dari produk IM3. Director & Chief Commercial Officer Indosat Laszlo Barta menegaskan, program baru yang ditawarkannya lebih kompetitif ketimbang pesaing.
"Kami sekarang sudah memiliki 40 juta pelanggan. Program baru ini menawarkan kepada masyarakat berkomunikasi dengan biaya yang lebih kompetitif tanpa harus mengundang perang tarif dengan pemain lain," jelasnya dalam keterangan pers.
Esia, meski tengah dalam penjajakan konsolidasi dengan Flexi milik Telkom, masih berkompetisi dalam soal tarif. Flexi saat ini masih setia mengusung tarif Rp 49 per menit.
Sementara Indosat yang mengusung tarif Rp 24 lewat IM3, saat ini coba menghindari kejaran XL yang punya 39,5 juta pelanggan dan program tarif Rp 25 per menit.
Skema Tarif Baru
Metode tarif yang ditawarkan Esia dengan membulatkan semua menjadi Rp 1 sebenarnya menarik karena lebih simpel. Namun jika dibandingkan tarif sebelumnya, menurut sejumlah pengamat, belum tentu jadi lebih murah.
Dengan rata-rata pelanggan menelepon selama durasi empat, enam, dan 60 menit ke sesama pelanggan, tarif yang sekarang tercatat naik lumayan tinggi dengan metode Rp 1.
Untuk panggilan selama empat menit dari Esia dikenakan biaya Rp 230, enam menit Rp 350, dan satu jam menjadi Rp 3.590. Angka itu lebih mahal sedikit jika dibandingkan dengan tarif Esia sebelumnya, Rp 50 per menit.
Jika menggunakan tarif lama maka pembicaraan empat menit hanya dikenakan biaya 200 rupiah, enam menit Rp 300, dan satu jam jika tidak ada mengalami putus sambungan Rp 1000--namun jika terjadi putus sambungan menjadi sekitar Rp 3.000. "Jika dibandingkan tarif baru dan lama milik Esia justru terjadi kenaikan sebesar 15 persen untuk pembicaraan empat menit, 17 persen untuk enam menit, dan 20 persen untuk satu jam. Menelepon lebih lama jadi lebih mahal," kata para pengamat.
Sementara untuk panggilan lokal seluler, tarif yang dibayar pelanggan Esia untuk lima menit sekitar Rp 3.350. Hal ini karena walau tarif pembicaraan lima menit hanya Rp 300, tetapi ada fasilitas registrasi harian sebesar Rp 3000 dan biaya SMS registrasi 50 rupiah.
Tarif panggilan yang diklaim Btel lebih hemat untuk telepon dari Esia ke seluler ini juga memiliki batas waktu hingga menjelang tengah malam pada hari bersangkutan.
Sementara Flexi yang memberlakukan angka Rp 49, untuk pembicaraan empat menit
mengenakan tarif Rp 196, enam menit Rp 294, dan satu jam Rp 2.940.
Sedangkan untuk percakapan ke seluler lokal khususnya Telkomsel yang menguasai 50 persen pangsa pasar seluler, tarif yang dikenakan Rp 959, 29 untuk lima menit percakapan. Angka itu sudah memasukkan biaya registrasi harian sebesar Rp 714,29.
Simulasi berikutnya adalah untuk program 24 milik IM3. Tarif 24 milik IM3 memliki empat metode time band (jam menelepon) yakni 00.00-06.00, 06.00-11.00, 11.00-17.00, dan 17.00-24.00.
Misalnya di area Jawa, untuk pukul 00-06 berlaku Rp 24 per menit, 06-11 dikenakan Rp 24 per 10 detik untuk dua menit pertama, dan setelah itu Rp 24 per menit untuk dua menit.
Selanjutnya jam 11-17 tarifnya Rp 24 per enam detik pertama setelah itu Rp 24 per menit untuk dua menit dan jam 17 – 24 tarifnya Rp 24 setiap 4 detik untuk dua menit pertama, setelah itu Rp 24 untuk 30 detik di dua menit berikutnya.
Hasilnya, untuk panggilan ke sesama IM3 untuk lima menit pada pukul 00-06 adalah Rp 120, 06.00-11.00 sebesar Rp 360, 11.00-17.00 Rp 552, 17.00-24.00 Rp 864.
Sementara XL untuk tiga time band, pukul 00.00-06.00, 06.00-11.00, dan 11.00-17.00 mengenakan tarif Rp 125. Sedangkan di jam 17.00-24.00 tarif yang ditagihkan Rp 1.550.
Executive General Manager Telkom Flexi Triana Mulyatsa mengatakan, tarif yang
ditawarkan Flexi sudah sesuai dengan kebutuhan pasar. "Tarif kami masih lebih
kompetitif ketimbang pesaing. Kami akan tetap akan konsisten dengan penawaran Rp 49," tegasnya.
Sementara Direktur Pemasaran XL Nicanor V Santiago mengaku belum berminat untuk mengeluarkan program baru untuk mengantisipasi penawaran tarif dari kompetitornya.
"Program Rp 25 per menit masih menunjukkan kinerja yang baik. Kami belum berminat untuk menjawab tantangan dari pemain besar lainnya," pungkasnya.
http://dedepurnama.blogspot.com
Anggota Komite BRTI Heru Sutadi merasa perlu mengingatkan kepada pelanggan bahwa tarif telepon yang akan ditagihkan, belum tentu sama dengan yang diiming-imingkan operator melalui bahasa pemasaran yang sudah dipoles sedemikian rupa agar terkesan lebih murah. Hampir semua operator, lanjut Heru, pernah dipanggil oleh BRTI untuk meluruskan iklan-iklan layanannya yang tidak informatif, kurang lengkap, dan tidak akurat. "Mereka kami panggil dan kemudian kami bina," ujarnya.
Belum lama ini, sejumlah operator kembali mengemas ulang promosi penawaran tarifnya. Misalnya saja, Esia dari Bakrie Telecom (Btel) dan IM3 punya Indosat. Keduanya menawarkan tarif promosi yang terlihat sederhana secara bahasa pemasaran. Program ini menyusul skema tarif yang telah lebih dulu dirilis Telkom Flexi dan XL Axiata.
Btel menetapkan tarif Rp 1 untuk semua jenis layanan yang ditawarkan oleh produk Esia. "Kini semuanya disatukan dalam satu tarif untuk semua layanan, yaitu Rp 1. Apa saja bisa satu rupiah," kata Wakil Dirut Btel Bidang Pemasaran, Erik Meijer, dalam keterangan pers sebelumnya.
Erik mengklaim, konsep yang ditawarkannya lebih memanjakan pelanggan. Sebab,
menurutnya, operator lain mulai beralih dari menawarkan tarif per detik pindah ke per menit dengan melakukan pembulatan ke atas. "Itu sama saja menaikkan tarif, kami justru menurunkan dan menjadikannya per
detik," tegasnya.
Sementara Indosat mengusung angka 24 yang dijadikan acuan untuk semua bentuk
penawaran dari produk IM3. Director & Chief Commercial Officer Indosat Laszlo Barta menegaskan, program baru yang ditawarkannya lebih kompetitif ketimbang pesaing.
"Kami sekarang sudah memiliki 40 juta pelanggan. Program baru ini menawarkan kepada masyarakat berkomunikasi dengan biaya yang lebih kompetitif tanpa harus mengundang perang tarif dengan pemain lain," jelasnya dalam keterangan pers.
Esia, meski tengah dalam penjajakan konsolidasi dengan Flexi milik Telkom, masih berkompetisi dalam soal tarif. Flexi saat ini masih setia mengusung tarif Rp 49 per menit.
Sementara Indosat yang mengusung tarif Rp 24 lewat IM3, saat ini coba menghindari kejaran XL yang punya 39,5 juta pelanggan dan program tarif Rp 25 per menit.
Skema Tarif Baru
Metode tarif yang ditawarkan Esia dengan membulatkan semua menjadi Rp 1 sebenarnya menarik karena lebih simpel. Namun jika dibandingkan tarif sebelumnya, menurut sejumlah pengamat, belum tentu jadi lebih murah.
Dengan rata-rata pelanggan menelepon selama durasi empat, enam, dan 60 menit ke sesama pelanggan, tarif yang sekarang tercatat naik lumayan tinggi dengan metode Rp 1.
Untuk panggilan selama empat menit dari Esia dikenakan biaya Rp 230, enam menit Rp 350, dan satu jam menjadi Rp 3.590. Angka itu lebih mahal sedikit jika dibandingkan dengan tarif Esia sebelumnya, Rp 50 per menit.
Jika menggunakan tarif lama maka pembicaraan empat menit hanya dikenakan biaya 200 rupiah, enam menit Rp 300, dan satu jam jika tidak ada mengalami putus sambungan Rp 1000--namun jika terjadi putus sambungan menjadi sekitar Rp 3.000. "Jika dibandingkan tarif baru dan lama milik Esia justru terjadi kenaikan sebesar 15 persen untuk pembicaraan empat menit, 17 persen untuk enam menit, dan 20 persen untuk satu jam. Menelepon lebih lama jadi lebih mahal," kata para pengamat.
Sementara untuk panggilan lokal seluler, tarif yang dibayar pelanggan Esia untuk lima menit sekitar Rp 3.350. Hal ini karena walau tarif pembicaraan lima menit hanya Rp 300, tetapi ada fasilitas registrasi harian sebesar Rp 3000 dan biaya SMS registrasi 50 rupiah.
Tarif panggilan yang diklaim Btel lebih hemat untuk telepon dari Esia ke seluler ini juga memiliki batas waktu hingga menjelang tengah malam pada hari bersangkutan.
Sementara Flexi yang memberlakukan angka Rp 49, untuk pembicaraan empat menit
mengenakan tarif Rp 196, enam menit Rp 294, dan satu jam Rp 2.940.
Sedangkan untuk percakapan ke seluler lokal khususnya Telkomsel yang menguasai 50 persen pangsa pasar seluler, tarif yang dikenakan Rp 959, 29 untuk lima menit percakapan. Angka itu sudah memasukkan biaya registrasi harian sebesar Rp 714,29.
Simulasi berikutnya adalah untuk program 24 milik IM3. Tarif 24 milik IM3 memliki empat metode time band (jam menelepon) yakni 00.00-06.00, 06.00-11.00, 11.00-17.00, dan 17.00-24.00.
Misalnya di area Jawa, untuk pukul 00-06 berlaku Rp 24 per menit, 06-11 dikenakan Rp 24 per 10 detik untuk dua menit pertama, dan setelah itu Rp 24 per menit untuk dua menit.
Selanjutnya jam 11-17 tarifnya Rp 24 per enam detik pertama setelah itu Rp 24 per menit untuk dua menit dan jam 17 – 24 tarifnya Rp 24 setiap 4 detik untuk dua menit pertama, setelah itu Rp 24 untuk 30 detik di dua menit berikutnya.
Hasilnya, untuk panggilan ke sesama IM3 untuk lima menit pada pukul 00-06 adalah Rp 120, 06.00-11.00 sebesar Rp 360, 11.00-17.00 Rp 552, 17.00-24.00 Rp 864.
Sementara XL untuk tiga time band, pukul 00.00-06.00, 06.00-11.00, dan 11.00-17.00 mengenakan tarif Rp 125. Sedangkan di jam 17.00-24.00 tarif yang ditagihkan Rp 1.550.
Executive General Manager Telkom Flexi Triana Mulyatsa mengatakan, tarif yang
ditawarkan Flexi sudah sesuai dengan kebutuhan pasar. "Tarif kami masih lebih
kompetitif ketimbang pesaing. Kami akan tetap akan konsisten dengan penawaran Rp 49," tegasnya.
Sementara Direktur Pemasaran XL Nicanor V Santiago mengaku belum berminat untuk mengeluarkan program baru untuk mengantisipasi penawaran tarif dari kompetitornya.
"Program Rp 25 per menit masih menunjukkan kinerja yang baik. Kami belum berminat untuk menjawab tantangan dari pemain besar lainnya," pungkasnya.
http://dedepurnama.blogspot.com
Post a Comment for "Hati Hati Jebakan Tarif Telepon ?"